Cari Blog Ini

Jumat, 08 Oktober 2010

Tips Meminimalkan Efek Samping Pengobatan Herbal

Biasanya tanaman obat terbagi ke dalam dua macam. Pertama, herbal yang sudah dikeringkan, atau disebut simplisia. Kedua, tanaman yang masih segar, atau langsung dipetik dari pohonnya, sehingga kadar air yang dikandungnya masih banyak. Penggunaannya bisa sebagai obat dalam (diminum/ oral) atau obat luar/ topikal (dioleskan, digosok, maupun untuk obat pijat).

Pada prinsipnya, pengobatan herbal dapat memiliki potensi efek samping yang sama dengan obat-obatan sintetis. Pengobatan herbal, yang menggunakan bagian-bagian tanaman (akar, daun, batang, dll), mengandung zat-zat aktif yang bisa saja berpotensi merugikan tubuh. Tubuh kita tidak dapat membedakan apakah zat-zat aktif itu berasal dari obat pabrik atau dari ekstrak tanaman herbal .

Beberapa tanaman herbal dapat mengakibatkan masalah serius pada orang-orang dengan kondisi tertentu, misalnya orang yang menjalani operasi pembedahan, anak-anak, ibu hamil, dan orang lanjut usia. Beberapa tanaman herbal juga berpengaruh terhadap organ-organ tertentu pada semua orang.

Diperlukan kehati-hatian dalam menggunakan tanaman untuk pengobatan. Untuk meminimalkan efek samping pengobatan herbal, langkah-langkah berikut dapat dilakukan ketika kita akan menggunakan tanaman untuk pengobatan:
Tanaman yang mirip
Hati-hati mengidentifikasi jenis tanaman karena banyak tanaman yang mirip. Biasanya, tanaman yang termasuk dalam satu famili ada yang memiliki kemiripan dalam ciri-ciri fisiknya.

Kenali nama dengan teliti
Nama tanaman yang baku adalah nama ilmiah (nama latin, nama botani), nama daerah dan perdagangan seringkali rancu dan tumpang tindih.

Waktu pengumpulan/ panen
Waktu, cara pemanenan dan penanganan bahan setelah panen merupakan periode kritis yang sangat menentukan kualitas dan kuantitas hasil tanaman. Oleh karena itu waktu, cara panen dan penanganan tanaman yang tepat dan benar merupakan faktor penentu kualitas dan kuantitas. Setiap jenis tanaman memiliki waktu dan cara panen yang berbeda. Tanaman yang dipanen buahnya memiliki waktu dan cara panen yang berbeda dengan tanaman yang dipanen berupa biji, rimpang, daun, kulit dan batang. Begitu juga tanaman yang mengalami stres lingkungan akan memiliki waktu panen yang berbeda meskipun jenis tanamannya sama.
  • Daun dipetik saat tanaman berbunga s/d buah belum masak.
  • Bunga dikumpulkan sebelum atau setelah mekar.
  • Buah dipetik dalam keadaan masak.
  • Biji dikumpulkan dari buah masak sempurna.
  • Akar, rimpang, umbi dan umbi lapis waktu tanaman tidak tumbuh lagi.

Pencucian dan pengeringan
Bahan obat yang sudah dikumpulkan segera dicuci bersih, sebaiknya dengan air yang mengalir. Setelah bersih, dapat segera dimanfaatkan bila diperlukan pemakaian bahan segar. Namun, bisa pula dikeringkan untuk disimpan dan digunakan bila sewaktu-waktu dibutuhkan.

Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dan mengcegah pembusukan oleh cendawan atau bakteri. Dengan demikian, bahan dapat disimpan lebih lama dalam stoples atau wadah yang tertutup rapat. Bahan kering juga mudah dihaluskan bila ingin dibuat serbuk.

Berikut ini cara mengeringkan bahan obat:
  • Bahan berukuran besar dan banyak mengandung air dapat dipotong-potong seperlunya terlebih dahulu.
  • Pengeringan bisa langsung di bawah sinar matahari, atau memakai pelindung seperti kawat halus jika menghendaki pengeringan yang tidak terlalu cepat.
  • Pengeringan bisa juga dilakukan dengan mengangin-anginkan bahan di tempat yang teduh atau di dalam ruang pengering yang aliran udaranya baik.

Sifat dan rasa tanaman
Penggunaan tanaman obat ini harus memperhatikan sifat dan rasa tanaman. Sifat dan rasa tanaman ini berpengaruh terhadap khasiat dan efek samping pengobatan yang dihasilkan.

Di dalam Traditional Chinese Pharmacology dikenal 4 macam sifat dan 5 macam cita rasa tumbuhan obat, yang merupakan bagian dari cara pengobatan tradisional timur. Adapun keempat macam sifat tumbuhan obat itu ialah dingin, panas, hangat, dan sejuk. Tumbuhan obat yang sifatnya panas dan hangat dipakai untuk pengobatan sindroma dingin, seperti pasien yang takut dingin, tangan dan kaki dingin, lidah pucat atau nadi lambat. Tumbuhan obat yang bersifat dingin dan sejuk digunakan untuk pengobatan sindroma panas, seperti demam, rasa haus, warna kencing kuning tua, lidah merah atau denyut nadi cepat.

Lima macam cita rasa dari tumbuhan obat ialah pedas, manis, asam, pahit, dan asin. Cita rasa ini digunakan untuk tujuan tertentu karena selain berhubungan dengan organ tubuh, juga mempunyai khasiat dan kegunaan tersendiri. Misalnya rasa pedas mempunyai sifat menyebar dan merangsang. Rasa manis berkhasiat tonik dan menyejukan. Rasa asam berkhasiat mengawetkan dan pengelat. Rasa pahit dapat menghilangkan panas dan lembab. Sementara rasa asin melunakkan dan sebagai pencahar. Kadang-kadang ada juga yang menambahkan cita rasa yang keenam, yaitu netral atau tawar yang berkhasiat sebagai peluruh kencing.

Perebusan tanaman obat
Proses merebus ini bertujuan untuk mengekstrak atau menarik zat-zat aktif dari dalam tanaman obat dengan media air. Sebab, air dikenal sebagai zat pelarut yang baik. Lamanya merebus tanaman herbal tergantung dari tekstur masing-masing tanaman obat. Jika seratnya halus, seperti bunga melati, daun pegagan, dan daun kumis kucing, cukup direbus sekitar 15 menit saja. Untuk tanaman berbahan keras, misalnya kayumanis, cengkih, atau batang brotowali, perebusan akan memakan waktu lebih lama.

Perebusan umumnya dilakukan dalam pot tanah, pot keramik, atau panic email,. Pot keramik dapat dibeli di toko obat tradisional Tionghoa. Panic dari besi, alumunium atau kuningan sebaiknya tidak digunakan untuk merebus. Hal ini diingatkan karena bahan tersebut dapat menimbulkan endapan, konsentrasi larutan obat yang rendah, terbentuknya racun atau menimbulkan efek samping akibat terjadinya reaksi kimia dengan bahan obat.

Gunakan air yang bersih untuk merebus. Sebaiknya digunakan air tawar, kecuali ditentukan lain. Cara merebus bahan sebagai berikut. Bahan dimasukkan ke dalam pot tanah. Masukkan air sampai bahan terendam seluruhnya dan permukaan air sekitar 30 mm di atasnya. Perebusan dimulai bila air telah meresap ke dalam bahan ramuan obat.

Lakukan perebusan dengan api sesuai petunjuk pembuatan. Apabila nyala api tidak ditentukan, biasanya perebusan dilakukan dengan api besar sampai airnya mendidih. Selanjutnya api dikecilkan untuk mencegah air rebusan meluap atau terlalu cepat kering. Meski demikian, adakalanya api besar dan api kecil digunakan sendiri-sendiri sewaktu merebus bahan obat. Sebagai contoh, obat yang berkhasiat tonik umumnya direbus dengan api kecil sehingga zat berkhasiatnya dapat secara lengkap dikeluarkan dalam air rebusan. Demikian pula tumbuhan obat yang mengandung racun perlu direbus dengan api yang kecil dalam waktu yang agak lama, sekitar 3-5 jam untuk mengurangi kadar racunnya. Nyala api yang besar digunakan untuk ramuan obat yang dimaksudkan agar pendidihan menjadi cepat dan penguapan berlebih dari zat yang merupakan komponen aktif tumbuhan dapat dicegah.

Waktu minum obat
Bila tidak terdapat petunjuk pemakaian, biasanya obat diminum sebelum makan kecuali obat tersebut merangsang lambung maka diminum setelah makan. Obat berkhasiat tonik diminum sewaktu perut kosong, dan obat berkhasiat sedative diminum sewaktu ingin tidur. Pada penyakit kronis diminum sesuai jadwal secara teratur. Rebusan obat bisa diminum sesering mungkin sesuai kebutuhan atau diminum sebagai pengganti teh.

Cara minum obat
Obat biasanya diminum satu dosis sehari yang dibagi untuk 2-3 kali minum. Umumnya diminum selagi hangat, terutama untuk pengobatan sindroma luar. Setelah minum obat, pakailah baju tebal atau tidur berselimut supaya tubuh tetap hangat dan mudah mengeluarkan keringat.

Untuk pengobatan sindroma panas, obat diminum dalam keadaan dingin. Sebaliknya untuk pengobatan sindroma dingin obat diminum dalam keadaan hangat. Obat yang sedikit toksik, diminum sedikit demi sedikit tetapi sering. Tambahkan dosisnya secara bertahap sehingga efek pengobatan tercapai.

Lama pengobatan
Tumbuhan obat yang masih berupa simplisia, hasil pengobatannya tampak lambat, namun sifatnya konstruktif atau membangun. Hal ini berbeda dengan obat kimiawi yang hasil pengobatannya terlihat cepat namun destruktif. Oleh karena itu, obat yang berasal dari tumbuhan tidak dianjurkan penggunaannya untuk penyakit-penyakit infeksi akut. Tumbuhan obat lebih diutamakan untuk memelihara kesehatan dan pengobatan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan dengan obat kimiawi, atau memerlukan kombinasi antara obat kimiawi dengan obat dari tumbuhan berkhasiat.
Tak ada ruginya memanfaatkan tanaman herbal dalam keseharian. Mulai dari meningkatkan seksualitas, menurunkan kadar kolestrol hingga melangsingkan, herbal bisa dibilang biangnya!
Menurut jurnal kesehatan, herbal Indonesia termasuk nomor dua terbaik di dunia setelah Brasil. Tak heran jika saat ini, ilmuwan asing mulai meneliti dan membukukan khasiat herbal Indonesia.
Ya, tanaman herbal memang sangat bisa dijadikan bahan terapi promotif, preventif bahkan kuratif pada gangguan-gangguan kesehatan. Bisa juga dimanfaatkan sebagai terapi masalah seksualitas hingga pelangsing, sebagaimana dipaparkan dr. Adji Suranto , anggota PDPKT DKI (Perhimpunan Dokter Indonesia Pengembang Kesehatan Tradisional Timur Wilayah DKI) dan dr. Nizmawardini, M.Kes, pengajar akupunktur (wakil ketua PDPKT DKI) juga herbalis Indonesia (peneliti PDHMI).
Pasak Bumi
Akar pasak bumi atau Eurycoma longifolia , memiliki kandungan saponin, alkaloid, tannin juga brusin dan strichnin menambah vitalitas pria serta meningkatkan produksi testosteron. Bekerja dengan mengingkatkan sirkulasi darah terutama pada alat kelamin pria, mirip viagra namun relatif lebih aman karena alami. Selain afrodisiak, akar pasak bumi juga berkhasiat mengobati malaria dan antikanker payudara.
Jahe Merah
Tanaman herbal ini memiliki manfaat analgetik dan anastesi lebih kuat dibanding jahe putih. Sebagai peningkat gairah seksual, jahe merah bekerja membuat emosi lebih tenang sehingga mood dan gairah seksual menjadi lebih baik, bermanfaat sebagai stimulan gairah seksual pria dan wanita.
Kunyit
Ia bekerja sebagai astringent yang menyejukkan tubuh dan membuat emosi menjadi lebih baik, mengurangi kelelahan akibat aktivitas tinggi sehingga lebih tenang.
Bersama adas dan jahe merah, kunyit ampuh membangkitkan gairah seks untuk pria dan wanita. Sementara kandungan tanin dan minyak asirinya juga berkhasiat menurunkan kolesterol.
Khasiat lainnya, sebagai anti koagulan sehingga baik dikonsumsi orang dengan gangguan kardiovaskular.
Adas
Foeniculum vulgare Mill. , adalah afrodisiak alami. Baunya khas dan mampu menghangatkan tubuh serta meningkatkan efektivitas prostaglandin sehingga meningkatkan gairah seksual.
Pada ibu menyusui, adas juga bermanfaat memperlancar produksi ASI serta menghentikan menstruasi.
Lengkuas Merah
Tanaman yang memiliki khasiat analgetik dan stimulan ini bekerja layaknya afrodisiak karena berkhasiat memperbaiki metabolisme dan meningkatkan gairah seksual.
Pada wanita, lengkuas merah juga bermanfaat mencegah keputihan karena mampu mematikan jamur Candida albicans .
Mengkudu
Si Noni ini dapat memperbaiki prostaglandin serta memperlancar buang air besar. Tak salah jika mengkudu dinobatkan menjadi obat pelangsing tradisional, kan? Selain itu, ekstrak buah segarnya dapat memperbaiki sirkulasi darah, menurunkan demam, hipertensi serta gula darah.
Aloe Vera
Lidah buaya (nama populernya) sangat dikenal sebagai penyubur rambut. Namun, tahukah Anda, aloe vera juga dapat membantu meluruhkan haid?
Dan, di balik itu semua, lidah buaya juga bermanfaat sebagai pelangsing dengan efek laksatif yang dimilikinya sehingga membantu memperlancar BAB.
Teh Hijau
Kandungan asam tanatnya menghalangi absorbsi lemak di lambung dan bersifat laksatif sehingga memperlancar BAB. Kadar kalium yang tinggi dimilikinya pun memberikan efek diuretik (sering BAK) sehingga dikatakan sebagai pelangsing yang cukup efektif.
Jangan lupa, kandungan EGCG di dalamnya berguna sebagai anti oksidan yang baik untuk kesehatan. Mengonsumsi 5 cangkir teh hijau, dapat melancarkan metabolisme dan membakar sekitar 80 kal energi.
Jati Belanda
Mirip dengan teh hijau, kandungan asam tanat yang dimilikinya mampu menghambat absorbsi lemak. Ia pun mampu menurunkan aktivitas enzim lipase sehingga lemak tidak mudah terangkut ke dalam darah.
Efek astringen-nya mengerutkan lapisan dalam usus sehingga menurunkan penyerapan lemak. Namun ada efek lain dari konsumsi teh jati belanda yang dapat menekan peristaltik usus, sehingga sebagai pelangsing ia perlu dikombinasi dengan herbal lain.
Temulawak
Selain terkenal sebagai tanamah obat hepatoprotektor yang berkhasiat meningkatkan efektivitas kerja hati, temulawak juga mampu memperlancar emulsi lemak sehingga dikatakan sebagai herbal pelangsing. Kombinasikan ekstrak temulawak dengan asam jawa untuk rasa dan meningkatkan kemampuan mengganggu penyerapan lemak.
Sayangnya, kandungan minyak asiri yang dimilikinya berefek mempercepat pengosongan lambung sehingga dapat mempercepat rasa lapar.
Kemuning
Daun kemuning dikatakan memiliki kandungan asam tanat yang dapat menghalangi absorbsi lemak di lambung. Selain sebagai pelangsing, kemuning juga berkhasiat menghaluskan kulit dan memperlancar datang bulan.
Kunci Pepet
Kunci pepet (kunyit putih atau Kaemferia rotunda L. ), adalah herbal pelangsing.
Rimpang kunci pepet yang mengandung minyak asiri, borneol, sineol, metil khavikol dan saponin juga bisa dimanfaatkan untuk meluruhkan gas perut sekaligus mengatasi sakit perut.
Bawang Putih
Konsumsi 2 siung bawang putih segar pagi dan sore dikatakan mampu menurunkan risiko hiperkolestrolemia. Khasiat anti kanker dan anti trombolitik (mengurangi plak di pembuluh darah) yang bermafaat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.
Salam
Daun salam dikatakan mampu menurunkan kolesterol dan juga gula darah sekaligus. Mengonsumsi rebusan 5 lembar daun salam per takaran saji dapat menjaga kolesterol dan gula darah tetap stabil. Sedangkan untuk pengobatan bisa ditingkatkan hingga 7 lembar daun salam.
Khusus untuk pasien diabetes, konsumsi rebusan daun salam sebaiknya diminum setelah makan.
Bengle
Menurut penelitian, bengle mampu meningkatkan aktivitas enzim lipase yg berfungsi menghidrosis lemak tubuh. Selain itu, meningkatkan aktivitas enzim lipase yang berfungsi mengurai lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Menghambat enzim lipase pankreatik dalam penyerapan lemak sehingga lemak dibuang bersama feses. Menghambat biosintesis kolesterol, menurunkan LDL dan meningkatkan HDL.
Aturan Pakai Si Herbal
Mengonsumsi herbal juga ada aturan pakainya, agar bahan herbal bisa bekerja maksimal. Perhatikan beberapa tips berikut!
1. Jangan konsumsi herbal bersama dengan obat konvensional (jika masih mengonsumsi obat dokter, konsumsi lebih dari 1-2 jam).
2. Sesuaikan konsumsi herbal dengan jam piket tubuh, misal herbal yg bersifat laksatif sebaiknya dikonsumsi sebelum tidur, agar usus besar bekerja maksimal pada pukul 5-7 pagi. Herbal lainnya, dapat diminum pukul 9 pagi dan 3 sore (saat lambung kosong).
3. Konsumsi herbal sebaiknya dengan air hangat.
4. Herbal mengandung minyak asiri seperti pada rimpang-rimpangan, sebaiknya tidak dimasak dan tidak dikeringkan agar tidak hilang.
5. Herbal tidak menimbulkan efek segera seperti obat konvensional, umumnya terapi herbal menunjukkan hasil setelah konsumsi lebih dari 6 bulan.
6. Bila menggunakan bahan herbal kering, pastikan tidak berjamur dan bisa diidentifikasi.
7. Merebus bahan herbal sebaiknya menggunakan panci pyrex, stainless steel atau tanah.
8. Setelah merebus mendidih pertama, kecilkan api 15 menit untuk daun yang lembut atau 30 menit utk bahan yang lebih keras (kayu atau biji).
9. Pencampuran herbal dibatasi maksimum 5 bahan dalam satu ramuan.
10. Ekstraksi melalui rebusan daun segar 30-40 gr, 10-15 gr daun kering atau satu jari rimpang per takaran. Rebus dalam air 2 gelas, setelah tinggal 1 gelas, saring dan dikonsumsi. (fn/sc/tn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar